Selasa, 01 April 2014

 
Sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan daerah serta pengejawantahan cita – cita dan aspirasi masyarakat Sulawesi Tengah tentang wujud yang ingin dicapai pada masa depan dalam perspektif jangka panjang, maka pembangunan daerah dilaksanakan dengan visi “
TERWUJUDNYA TATANAN MASYARAKAT MADANI MELALUI OTONOMI DAERAH DALAM FORMAT BARU SULAWESI TENGAH”.

Untuk mewujudkan visi tersebut dalam perspektif jangka menengah, ditetapkan Misi pembangunan sebagai berikut : “ Restrukturisasi, Refungsionalisasi, Revitalisasi, Reaktualisasi, dan Reposisi Kelembagaan Pemerintahan daerah, Pemberdayaan Organisasi Politik, Kemasyarakatan dan LSM, serta Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan sebagai Jembatan ke arah Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam rangka Mewujudkan Tatanan Masyarakat madani Dalam Format Baru Sulawesi Tengah”.

Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut. Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 12 kelompok etnis atau suku, yaitu:
  • Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu
  • Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala
  • Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
  • Etnis Amona berdiam di kabupaten Poso
  • Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
  • Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
  • Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
  • Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
  • Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
  • Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
  • Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli dan
  • Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong.
Dari 12 kelompok/ etnis tersebut, Jumlah tokoh pemangku adat adalah sebanyak 216 orang.

Di samping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku terasing hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan masyarakat Bugis dan Makasar serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama islam, lainnya Kristen, Hindu dan Buddha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.

Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.

Secara tradisional, masyarakat Sulawesi Tengah memiliki seperangkat pakaian adat yang dibuat dari kulit kayu ivo (sejenis pohon beringin) yang halus dan tinggi mutunya. Pakaian adat ini dibedakan untuk kaum pria dan kaum wanita. Unsur-unsur adat dan budaya yang masih dimiliki antara lain:
  1. Pakaian adat terbuat dari kulit kayu ivo
  2. Rumah adat yang disebut tambi
  3. Upacara adat
Kesenian (Modero/ tari pesta menyambut panen, Vaino/ pembacaan syair-syair yang dilagukan pada saat kedugaan, Dadendate, Kakula, Lumense dan PeuleCinde/ tari untuk menyambut tamu terhormat, Mamosa/ tarian perang, Morego/ tari menyambut pahlawan, Pajoge/ tarian dalam pelantikan raja/ pejabat dan Balia/ tarian yang berkaitan dengan kepercayaan animisme).

Selain mempunyai adat dan budaya yang merupakan ciri khas daerah, di Sulawesi Tengah juga memiliki kerajinan-kerajinan yang unik juga yaitu:
  1. Kerajinan kayu hitam (ebony)
  2. Kerajinan anyaman
  3. Kerajinan kain tenun Donggala dan
  4. Kerajinan pakaian dari kulit ivo.
Secara Umum kondisi keber-agamaan Tahun 2005 yang dianut oleh masyarakat terdiri dari:
  • Masyarakat penganut Agama Islam dengan tingkat persentase sebesar 78,9%
  • Masyarakat penganut Agama Kristen Protestan dengan tingkat persentase sebesar 16,29%
  • Masyarakat penganut Agama Kristen Katolik dengan tingkat persentase sebesar 1,47%
  • Masyarakat penganut Agama Hindu dengan tingkat persentase sebesar 3,07%
  • Masyarakat penganut Agama Buddha dengan tingkat persentase sebesar 0,68%.
Keberagaman pemeluk agama di Sulawesi Tengah di komunikasikan melalui Forum Komunikasi Antar Umat Beragama yang berfungsi mendinamisir kerukunan kehidupan antar umat beragama, intern umat beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, dengan pola saling menghargai antar satu sama lainnya.
 
(sumber: sergiedanselby.blogspot.com)

0 komentar:

Posting Komentar