Sabtu, 05 April 2014


Perjuangan melawan penindasan merupakan usaha yang harus dilakukan. Tidak cukup alasan untuk berdiam diri jika di depan mata ada kegiatan untuk menindas, menjarah bahkan merebut yang bukan miliknya. Perlawanan dalam memperjuangkan Tanah Air yang terikat dalam penjajahan merupakan kesadaran nasionalisme yang tinggi. Membela bangsa, mempertahankan wilayah dan memerdekakan negara adalah cita-cita semua rakyat agar segera terbebas dari belenggu penyiksaan penjajah.

Itulah pergerakan Soekarno - Hatta. Walau perbedaan yang selalu ada dalam gerakan politik mereka, tapi cita-cita dan tekad membangun bangsa ini adalah tujuan yang satu dan harus dijalankan bersama. Gerakan perlawanan terhadap kolonialisme sangat jelas pada saat itu. Bahkan penjara dan ancaman sering mereka hadapi. Goyah dan menyerah adalah sikap yang mereka benci. Jika kita melihat seluruh pidato-pidato mereka, itu menunjukkan ketegasan dan keberanian mereka.

Pidato Soekarno yang sangat terkenal yaitu “ganyang malaysia” adalah bukti bahwa ketegasan seorang pemimpin itu harus ada bukannya lembek seperti sikap para pemimpin-pemimpin setelah Soekarno. Seperti sekarang ini.

“ Malaysia harus diganyang. Bangsa ini tak boleh kalah melawan siapapun, apalagi melawam Malaysia yang kekuatannya jauh di bawah Indonesia. Jika Malaysia menyerang dengan seratus pasukan, maka Indonesia akan mengerahkan seribu pasukan. Jika Malaysia menyerang dengan seribu pasukan, maka Indonesia akan menyerang dengan sepuluh ribu pasukan”.

Pidato yang menggebu-gebu itu sebenarnya berperan ganda. Pertama, untuk menggertak Malaysia agar tidak seenaknya. Kedua, untuk mengakomodasi kewaspadaan rakyat agar jiwa nasionalisme tidak hilang.
Tidak seperti saat ini, berapa kali negara ini bermasalah dengan Malaysia. Tetapi pemerintah diam, memperlihatkan kelembekan dan ketakukan untuk tegas menegur Malaysia yang seenaknya mengambil hak Indonesia. Padahal, kejadian tersebut persis dengan kejadian saat Soekarno menjadi pemimpin. Tidak ada yang lebih mendorong munculnya pandangan positif tentang hubungan penguasa dengan rakyatnya, selain sikap simpati dan keinginan penguasa untuk mensejahterakan rakyatnya. Lalu, sikap pemimpin mana yang salah dalam hal ini? Pemimpin pada saat Soekarno-kah atau pemimpin setelah Soekarno-kah?


Pemikiran Dan Semangat Bung Karno

Ø  Membangun Kesadaran Nasionalisme

Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara. Wajar bila kita ingin mengetahui bagaimana semangat bernegara itu yang berkembang di Indonesia. Meninjau kembali kehidupan kenegaraan di berbagai lingkungan Indonesia dari masa kedatangan sampai sesudah bangsa belanda meninggalkan Indonesia.

Kualitas seorang pemimpin dapat kita lihat dari visi yang dimilikinya. Seorang pemimpin selayaknya sebisa mungkin mengintegrasikan visi yang bermakna bagi masa depan bersama. Visi yang jelas akan jadi suatu pedoman bagi para pemimpin dalam menyusun misi dan rencana-rencana kerja yang lebih khusus.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, Soekarno telah membayangkan seperti apa bangsa yang diidamkannya, yaitu bangsa yang bisa mengatur hidupnya sendiri. Dalam hal ini tidak ada tawar menawar lagi : merdeka atau mati!!

Kiprah Soekarno dalam kepemimpinan nasional dimulai semenjak ia berusia muda. Bersama kawan-kawannya ia berorganisasi dan menghimpun kekuatan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Sebelum Soekarno, para pemuda telah membentuk satu organisasi pemuda yakni Boedi Utomo (BO) yang aktif untuk membangun kesadaran nasional. Organisasi ini juga berkiprah dalam bidang politik atau suatu gerakan politik. BO juga menyebarkan ideologinya yang ingin menggabungkan seluruh pemuda menjadi satu organisasi yang bersifat nasionalis dan massif atau gerakan yang mempunyai banyak massa. Gerakan ini juga dilakukan agar seluruh pemuda segera terlepas dari belenggu penjajahan belanda yang berkepanjangan. Karena itulah, gerakan ini muncul sebagai jembatan kebebasan bagi pemuda-pemuda indonesia.

Ketika Soekarno mulai menapaki karir kepemimpinannya, kondisi rakyat Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan akibat penjajahan. Menurutnya, mewujudkan kemerdekaan harus dilakukan bersama-sama. Entah itu pedagang, orang kaya hingga rakyat jelata.

Aksi Soekarno dalam panggung politik nasional dimulai dari organisasi Peta atau pembela Tanah Air. Peta adalah organisasi semi militer. Dalam organisasi itu Soekarno mendapatkan peran yang sangat strategis. Jiwa kepemimpinannya yang melekat pada dirinya, ia menyikapi semua anggotanya tanpa membeda-bedakan Kelas, Suku, Ras atau Agama. Dari hal inilah, kesadaran nasional menjadi nampak kepermukaan secara luas hingga tingkat nasional. Bagi Soekarno, kesadaran nasional ini timbul bukan karena rangsangan organisasi, namun karena pendekatan secara individu. Menurut Soekarno, Peta sendiri dibuat untuk mengakomodir kepentingan rakyat secara luas tanpa ada perbedaan yang menjadi penghalang untuk berjiwa nasionalis. Hal demikian tidak terjadi di Peta yang lebih nasionalis, yang penyebarannya tanpa penghalang sifat perbedaan meski militeristik. Peta memang didirikan untuk membangun konstruk pertahanan dan perlawanan untuk merdeka. Oleh karena itu, Peta akan menjadi tempat untuk menyusun kekuatan-kekuatan melawan penjajah.

Semasa hidupnya, Soekarno adalah sosok yang senantiasa belajar apa saja dan dari siapa. Beliau mempelajari banyak hal dari berbagai sumber, belajar tentang kehidupan, nilai-nilai, kepemimpinan, spiritual, strategi dan lain-lain. Soekarno banyak mendapatkan nilai-nilai kehidupan dan disiplin yang sangat berharga dari kedua orang tuanya.

Pada masa-masa menjelang kemerdekaan 1945, penerapan nilai-nilai yang diperoleh dari orang tuanya terbukti sangat membantu dalam merangkul golongan muda. Soekarno banyak memberi teladan bagi para pemuda yang umumnya masih emosional. Memberi teladan bertujuan agar kaum pemuda tidak merasa direndahkan, namun dengan kesadarannya sendiri dapat mengerti apa yang diinginkan golongan tua, khususnya terhadap situasi politik pada saat itu.

Soekarno terkenal akan sikap kerasnya terhadap rakyat yang tidak disiplin atau lalai dalam menjaga sikap nasionalisme terhadap bangsa dan tanah air :
“ saya juga tidak segan-segan menggunakan ‘kekerasan”. Ini dilakukan bukan karena membenci, tetapi untuk memberikan suatu pengajaran tentang kedisiplinan dan sikap menghormati. Terutama untuk para pemuda. Ini adalah pelajaran.”

 Sistem Marhaenisme

Keberpihakan Soekarno pada rakyat jelata ternyata mampu menumbuhkan semangat juang yang mendalam. Keberpihakannya pada rakyat jelata terlihat jelas saat ia memunculkan ideologi MARHAENISME dan konsep BERDIKARI. Kedua sistem ini adalah hasil dari pemikiran Soekarno sendiri yang disesuaikan dengan kondisi objektif rakyat Indonesia. Tujuan Soekarno untuk memunculkan dua sistem ideologi ini adalah agar rakyat bisa terbuka pikirannya. Sehingga semangat juang rakyat dalam menumpaskan penjajah dari tanah air ini akan berkobar-kobar secara terarah. Ia juga tidak menutup mata dari beberapa aliran politik yang tumbuh yaitu golongan nasionalis, komunis, sosialis dan lain sebagainya. Karena, persatuan dan kesatuan dari berbagai aliran politik yang ada adalah suatu keharusan yang harus diwujudkan.  Pemikiran Marhaenisme ini digambarkan ibarat air terjun yang dari atas ke bawah dan mengaliri semuanya untuk menumbuhkan potensi-potensi kehidupan. Pada suatu hari Soekarno berjalan-jalan di kota bandung di desa Cigereleng. Ia melihat petani laki-laki yang sedang bekerja di sawahnya. Setelah itu Soekarno berfikir bahwa cangkul yang digunakan petani itu miliknya sendiri, sawah yang digarap adalah sawah miliknya sendiri dan hasil padi yang dipanen dari sawahnya adalah juga miliknya sendiri. Akan tetapi, petani itu hidupnya miskin, rumahnya reot. Jelas, orang itu bukan buruh yang hidupnya bergantung kepada majikan. Karena ia bukan buruh atau ploretar yang menerima upah dari siapapun. Namanya adalah Marhaen. Nama petani itulah yang kemudian digunakan oleh Soekarno untuk melawan penjajah. Kata Soekarno setelah tanya jawab :

“ timbullah ilham. Kalau begitu, semua rakyat Indonesia yang miskin ini saya namakan Marhaen ; ya yang proletar, ya yang bukan proletar, ya yang buruh, ya yang petani, ya yang nelayan, ya yang pegawai, pendeknya yang kecil-kecil itu semua adalah Marhaen.

Ditegaskan juga oleh Soekarno bahwa Marhaenisme bukan sekedar teori politik, melainkan teori perjuangan. Sebagaimana Marxisme yang bukan hanya sekedar teori saja bahkan lebih dari teori yang terealisasikan atas teorinya. Marxisme adalah teori perjuangan untuk menghapus kapitalisme dan membangun masyarakat sosialis, demikian pula Marhaenisme. Asas ini juga sebagai simbol perjuangan melawan Kolonialisme yang menguasai Indonesia. Sebagaimana Marxisme yang menguasai massa-aksi kaum proletar dan petani untuk melawan Kapitalisme dan Feodalisme.
Soekarno memberikan penjelasan tentang faham Marhaenisme :

1.      Marhaenisme yaitu Sosio-nasionalisme dan Sosio-demokrasi
2.      Marhaenisme yaitu proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat
3.      Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat yang teratur
4.      Marhaenisme adalah cara perjuangan dan asas yang menghendaki hilangnya tiap-tiap Kapitalisme dan Imperialisme.

Bagi penulis sendiri berpendapat bahwa, Soekarno melahirkan ideologi Marhaenisme hanya semata-mata ingin membangun semangat juang rakyat, ingin membangun kembali sikap nasionalisme rakyat dan ingin menegaskan bahwa ideologi Marhaenisme adalah Marxisme yang dilahirkan karena keadaan dan kondisi Indonesia. Marhaenisme juga dilahirkan untuk merubah nasib rakyat. Sehingga dengan adanya ideologi Marhaenisme akan membantu rakyat yang menjadi tumbal bagi kaum-kaum kapitalisme.

Tidak hanya Soekarno saja yang menggunakan sistem ini, bahkan Muhammad Hatta juga disebut sebagai Marhaenisme terutama pada konsep pemberdayaan ekonomi melalui koperasi itu adalah bentuk dari implementasi dari Marhaenisme.
  
  Berdikari

Konsep Berdikari dimunculkan Soekarno setelah ia terpilih sebagai Presiden. Konsep ini juga sebagai pengganti dari konsep Marhaenisme yang kurang ambisi dalam memprovokasi rakyat agar lebih produktif. Akan tetapi, adanya sistem Berdikari ini tidak jauh dari tujuan Soekarno yang ingin rakyatnya agar lebih produktif.

            Sistem Berdikari dijadikan sebagai motto yang dikembangkan untuk membangkitkan rakyat dari keterpurukan dan menjadikannya sebagai motto untuk mendirikan pemerintahan kuat yang berakar pada rakyat.

Walaupun negara telah terbentuk, Soekarno masih menganggap bahwa rakyat masih mengalami trauma akan penjajah yang pernah ada. Karenanya, Soekarno ingin mengajak rakyatnya agar lebih berperan aktif meningkatkan produksi pangan, sandang, papan dan membangun sosial, politik dan keamanan agar negara menjadi lebih maju dan sejahtera. Dan Berdikari merupakan pemikiran asli dari bangsa Indonesia dan sangat sesuai jika dijadikan spirit pembangunan. Ungkapan Soekarno tentang Berdikari :
“Berdikari bukan saja tujuan, tetapi yang tidak kurang pentingnya harus merupakan prinsip dari cara kita mencapai tujuan, prinsip itu melaksanakan pembangunan dengan tidak menyandarkan diri pada bangsa atau negara lain. Adalah jelas bahwa tidak menyandarkan diri tidak berarti bahwa kita tidak mau kerja sama berdasarkan sama derajat dan asling menguntungkan.”

Sebuah kemandirian yang ingin dibangun oleh Soekarno menjadi prioritas utama dalam perjuangannya. Ia tidak ingin tunduk pada kolonialisme penjajah seakan kemandirian bangsa mampu didirikan oleh bangsa itu sendiri.

   Nasakom

Sebelum Soekarno menerapkan ideologi Nasakom, ia lebih meneliti keberuntungan apa jika harus menggunakan ideologi Nasakom. Ditemukan bahwa dibeberapa negara berkembang yang menerapkan sistem komunis tumbuh subur dan bertahan sangat lama. Seperti Cina, Vietnam, Burma, Kamboja dan sebagainya, semua itu memiliki faham komunisme.

Tidak dipungkiri lagi bahwa Soekarno memunculkan faham komunisme itu kemudian diterapkan di Indonesia. Akan tetapi, Soekarno melengkapinya dengan nilai-nilai agama. Unsur agama inilah yang menjadi kesan tersendiri sebagai penguat dan pembentuk jati diri bangsa. Oleh karena itu terbentuklah ideologi Nasakom ( Nasionalis, Agama dan komunis ).
     
     Nasionalisme

Soekarno kembali menerapkan sistem Nasionalisme pada semua rakyatnya agar menjadi kekuatan-kekuatan dan penyeimbang gerakan politik. Sekitar tahun 1950-an, Indonesia mengalami kekacauan politik akibat pemberontakan PKI di Madiun Tahun 1948. Akhirnya, Soekarno membuat ideologi Nasakom tersebut. Alasan yang mendasari realitas politik yang sedang mengalami gejolak. Karena, PKI saat itu telah mendapatkan pendukung yang sangat banyak dari rakyat luas. Oleh karena itu Soekarno dengan tegas memunculkan ideologi Nasakom.

Dalam karangan Soekarno yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme “. Soekarno menjawab pertanyaan, apakah Nasionalisme itu dalam perjuangan menentang imperialisme dapat bergandengan dengan Islamisme dan Marxisme. Jawab Soekarno :
Bisa ! sebab, walaupun nasionalisme itu dalam hakikatnya mengecualikan segala pihak yang tak ikut mempunyai ‘keinginan hidup satu’ dengan rakyat itu. Walaupun nasionalisme itu mengecilkan pihak yang tak ‘merasa satu golongan, satu bangsa’ dengan rakyat itu. Bahwa segala pihak dari pergerakan kita ini baik, Nasionalis, Islamis dan Marxis adalah yang menimbulkan rasa ‘segolongan’ itu. Benar kata Gandhi , ‘buat saya maka cinta saya pada Tanah Air itu, masuklah dalam cinta pada segala manusia. Saya seorang patriot, oleh karena saya seorang manusia dan bercara manusia. Saya tidak mengecualikan siapa juga. ‘inilah rahasinya, yang Gandhi cukup mempersatukan antara pihak Islam dan pihak Hindu, pihak Parsi, pihak lain,yang jumlahnya lebih dari tiga ratus juta lalu itu, lebih enam kali jumlah putera Indonesia, hampir seperlima dari jumlah manusia yang ada di muka bumi ini. Tidak ada halangannya Nasionalis itu dalam geraknya bekerjasama dengan kaum Islamis dan Marxis. Lihat kekalnya perhubungan antara Nasionalis Gandhi dan Pan-Islamis. Bukannya kita mengharap yang nasionalis itu supaya berubah paham jadi Islamis atau Marxis. Bukannya kita menyuruh Marxis dan Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, melainkan impian kita adalah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu. Banyak nasionalis-nasionalis kita yang lupa bahwa orang Islam dimana pun berada, menurut agamanya, Wajib bekerja untuk keselamatan negeri yang ditempatinya. Mereka telah lupa juga bahwa orang-orang Islam yang sungguh-sungguh menjalankan keislamannya dimanapun berada, jika berada di Indonesia maka Wajib bekerja untuk keselamatan Indonesia. Inilah nasionalisme Islam! Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalis yang memusuhi Islamisme. Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalis karena memusuhi asas ini. Kita ulangi lagi bahwa nasionalis itu dalam geraknya bekerja sama dengan Islamis dan Marxis”.

Menurut penulis, Soekarno menerapkan Nasionalisme adalah sebagai manifestasi dalam kesadaran bernegara. Bagaimana sifat Nasionalisme Indonesia adalah suatu Nasionalisme yang menerima rasa hidupnya sebagai suatu ilham dan menjalankan hidupnya sebagai bakti. Nasionalisme kita adalah Nasionalisme ketimuran bukan kebarat-baratan yang mempunyai ciri menyerang-nyerang dan mengejar keperluannya sendiri. Nasionalisme adalah jantung kehidupan setiap negara. Karena, Nasionalisme adalah tiang utama tegaknya sebuah negara. Jika kebanggaan bernegara dalam diri setiap rakyat akan luntur, maka itu adalah sinyal bahwa semangat nasional telah merosot dan itu berarti keruntuhan negara akan segera tiba. Jadi, sebelum semua itu terjadi Soekarno dengan cepat menerapkan ideologi Nasakom sebagai tameng negara pada saat itu. Menurut Sutomo, apabila gerakan nasionalisme telah mencapai kemerdekaan nusa dan bangsa, perjalanan masih harus berjalan terus untuk mencapai kebahagiaan bangsa dan negara
    
          Agama

Menurut Soekarno, negara kita adalah negara yang religius dan berbudaya timur bukan barat. Bahkan di sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari sila ini mempertegas bahwa negara kita mempunyai keyakinan spritual dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti komunisme yang ada di Cina dibawah kepemimpinan Mao Tse-tung yang tidak mengikuti agama dalam ideologinya tersebut. Sehingga membuat Soekarno mengatakan bahwa “pemikiran ala Mao lebih menunjukkan penggabungan unsur nasionalis dan komunis yang lebih seimbang, realistis, dan bisa dibangun. Hanya sayangnya, komunisme Mao tidak menyertakan unsur agama dalam doktrin-doktrinnya”.

Bagi penulis, Soekarno menyertakan agama dalam ideologinya adalah suatu hal yang akan menjadi kekuatan dalam menuju kemerdekaan. Karena menurut Soekarno, “titik kelemahan Mao dalam ideologinya, itu karena Mao tidak menyertakan agama”. Oleh karena itu, di Indonesia sangatlah tepat bagi Soekarno menerapkan ideologinya. Akan tetapi, jika Soekarno tidak menerapkan agama, maka itu sama saja mengadopsi pemikiran Mao. Dengan demikian, peranan agama sangat minim. Akibatnya, rakyat akan berprilaku tanpa harus memikirkan norma-norma Agama. Karena Agama sebagai basis yang mendasar terhadap ideologinya. Dengan Agama, ideologi akan mempunyai nilai-nilai religius dan bergerak dengan landasan moral dan berprikemanusiaan. Karena, terkadang juga ideologi itu sedikit liar apabila tanpa landasan agama. selain rakyat Indonesia sangatlah Agamis, rakyat juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Agama. Sehingga Soekarno menerapkan ideologinya yang harus bergandengan tangan dengan Agama.
   
         Komunisme

Ajaran komunisme yang diterapkan oleh Soekarno di Indonesia ini mengalami beberapa pertimbangan. Ajaran komunisme diharapkan agar menjadi alat untuk bisa mengatur dana negara dengan baik. Dalam komunisme juga, produksi-produksi barang juga dapat dilakukan oleh rakyat sendiri dan menunjang kebutuhannya sendiri. Rakyat akan selalu merasa ada kerja sama yang baik, tolong menolong dan dari itu semua angka penganggur akan turun bahkan pengangguran akan terhapus.

0 komentar:

Posting Komentar