Pidato Soekarno yang sangat terkenal yaitu “ganyang malaysia” adalah bukti bahwa ketegasan seorang pemimpin itu harus ada bukannya lembek seperti sikap para pemimpin-pemimpin setelah Soekarno. Seperti sekarang ini. “Malaysia harus diganyang. Bangsa ini tak boleh kalah melawan siapapun, apalagi melawam Malaysia yang kekuatannya jauh di bawah Indonesia. Jika Malaysia menyerang dengan seratus pasukan, maka Indonesia akan mengerahkan seribu pasukan. Jika Malaysia menyerang dengan seribu pasukan, maka Indonesia akan menyerang dengan sepuluh ribu pasukan”.
·
Dalam karangan Soekarno yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme “. Soekarno menjawab pertanyaan, apakah Nasionalisme itu dalam perjuangan menentang imperialisme dapat bergandengan dengan Islamisme dan Marxisme. Jawab Soekarno : Bisa ! sebab, walaupun nasionalisme itu dalam hakikatnya mengecualikan segala pihak yang tak ikut mempunyai ‘keinginan hidup satu’ dengan rakyat itu. Walaupun nasionalisme itu mengecilkan pihak yang tak ‘merasa satu golongan, satu bangsa’ dengan rakyat itu. Bahwa segala pihak dari pergerakan kita ini baik, Nasionalis, Islamis dan Marxis adalah yang menimbulkan rasa ‘segolongan’ itu. Benar kata Gandhi , ‘buat saya maka cinta saya pada Tanah Air itu, masuklah dalam cinta pada segala manusia. Saya seorang patriot, oleh karena saya seorang manusia dan bercara manusia. Saya tidak mengecualikan siapa juga. ‘inilah rahasinya, yang Gandhi cukup mempersatukan antara pihak Islam dan pihak Hindu, pihak Parsi, pihak lain,yang jumlahnya lebih dari tiga ratus juta lalu itu, lebih enam kali jumlah putera Indonesia, hampir seperlima dari jumlah manusia yang ada di muka bumi ini. Tidak ada halangannya Nasionalis itu dalam geraknya bekerjasama dengan kaum Islamis dan Marxis. Lihat kekalnya perhubungan antara Nasionalis Gandhi dan Pan-Islamis. Bukannya kita mengharap yang nasionalis itu supaya berubah paham jadi Islamis atau Marxis. Bukannya kita menyuruh Marxis dan Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, melainkan impian kita adalah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu. Banyak nasionalis-nasionalis kita yang lupa bahwa orang Islam dimana pun berada, menurut agamanya, Wajib bekerja untuk keselamatan negeri yang ditempatinya. Mereka telah lupa juga bahwa orang-orang Islam yang sungguh-sungguh menjalankan keislamannya dimanapun berada, jika berada di Indonesia maka Wajib bekerja untuk keselamatan Indonesia. Inilah nasionalisme Islam! Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalis yang memusuhi Islamisme. Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalis karena memusuhi asas ini. Kita ulangi lagi bahwa nasionalis itu dalam geraknya bekerja sama dengan Islamis dan Marxis”.
·
Negara kita adalah negara yang religius dan berbudaya timur bukan barat. Bahkan di sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari sila ini mempertegas bahwa negara kita mempunyai keyakinan spritual dalam kehidupan sehari-hari. Seperti komunisme yang ada di Cina dibawah kepemimpinan Mao Tse-tung yang tidak mengikuti agama dalam ideologinya tersebut. Sehingga membuat Soekarno mengatakan bahwa “pemikiran ala Mao lebih menunjukkan penggabungan unsur nasionalis dan komunis yang lebih seimbang, realistis, dan bisa dibangun. Hanya sayangnya, komunisme Mao tidak menyertakan unsur agama dalam doktrin-doktrinnya”.
SUMBER : Muljana, prof. Dr. Slamet. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai kemerdekaan jilid 1. Yogyakarta : LkiS, 2008.
0 komentar:
Posting Komentar