Bentuk jantung, melambangkan hati nurani rakyat Sulawesi Tengah.
Gambar pohon kelapa, melambangkan modal utama daerah dan kesediaan mengorbankan segala-galanya untuk cita-cita.
Bintang segi lima, melambangkan dijiwai oleh Pancasila sebagai dasar negara RI.
Daun kelapa lima helai dan buah kelapa lima buah, melambangkan mencapai cita-cita Negara Kebangsaan yang adil dan makmur di Ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Garis gelombang dan buah masing-masing enam dan empat gelur gelombang
memberikan pengertian akan sifat maritim sebagai modal besar pula yang
mendatangkan kemakmuran.
Padi dan daun kapas, melambangkan kemakmuran.
Angka 13 pada jumlah kapas, 4 pada gerigi kelopak kapas, 19 dan 6 dan 4 pada
jumlah buah pada dan gelur gelombang, memberikan pengertian tanggal 13
Bulan April 1964. yaitu tanggal, bulan dan tahun terbentuknya Daerah Tingkat I
Sulawesi Tengah.
Warna Biru, melambangkan kesetiaan (tanah air dan cita-cita)
dan juga melambangkan cita-cita yang tinggi.
Warna kuning, melambangkan kejayaan, keagungan, kebahagiaan dan keluhuran budi.
Warna merah pada tulisan "Sulawesi Tengah" dengan dasar putih, melambangkan keberanian dan kesatriaan yang didasarkan atas hati yang suci, keikhlasan dan kejujuran.
Warna hijau pada buah dan daun kelapa serta kelopak kapas, melambangkan kesuburan dan kemakmuran, dengan bumi yang subur kita menuju ada kemakmuran.
Warna coklat pada batang kelapa melambangkan ketenangan.
Nilai Budaya
Masyarakat
Sulawesi Tengah memiliki seperangkat pakaian adat yang dibuat dari
kulit kayu Ivo (sejenis pohon beringin). Pakaian adat ini dibedakan
untuk kaum pria dan kaum wanita.
Leluhur nenek moyang suku Kaili adalah dari seorang Laki-Iaki bernama Raja Lian yang berasal dari jenis tumbuh-tumbuhan yang mengandung banyak air lalu kawin dengan seorang putri penjelmaan dari setangkai bambu kuning yang bernama Rayolonda.
Tahapan-tahapan
upacara perkawinan : Nitangka (pertunangan), Neduta (meminang), Membawa
harta (seserahan), Malam Pacar (sehari sebelum perkawinan), mencukur
rambut, upacara pernikahan, Nipoloanga (mandi bersama didepan pintu).
Falsafah Hidup Masyarakat Setempat :
Maliuntinuvu, adalah
selalu berusaha merajut kebersamaan dalam menetapkan kebutuhan hidup
bermasyarakat, yang bagi masyarakat Poso dikenal dengan motto “Sintuvu Maroso.
0 komentar:
Posting Komentar