Selasa, 01 April 2014

Akhirnya masyarakat negeri tercinta ini semakin kenyang akan tayangan media televisi yang jarang menampilkan acara yang edukatif. Televisi tidak lagi menjadi wadah media pendidik yang diharapkan masyarakat. Melainkan televisi kini menjadi kotak “setan” yang kapan saja bisa merubah daya pikir dan membuat masyarakat resah seputar programnya. Betapa tidak, ketika kita menegok acara televisi yang menghadirkan sebuah berita, yang ditampilkan hanya sebuah kasus pemerkosaan seorang ayah pada anaknya atau berita tentang pembunuhan seorang anak kepada ibunya. Dari segi moralitas atau etika, itu tidak layak untuk ditampilkan, biar bagaimanapun sisi positif dari berita tersebut hanya terletak pada berapa lama tersangka akan dipenjarakan dan undang-undang seperti apa yang akan dikenakan. Selebihnya hanyalah sebuah berita yang kosong dari makna. Dan lagi, Jika kita melihat sebuah televisi yang mendominasi programnya dengan acara komedi atau lawak, maka kita pun disuguhi sebuah tayangan yang tidak layak ditonton bagi yang mengerti tapi layak ditonton oleh mereka yang awam. Sehingga, perlahan-lahan media juga bisa menjadi senjata yang bisa membunuh karakter masyarakat tanpa kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Dari televisi, kita mengarah pada pemuda. Dibanyak program sebuah statsiun televisi, acara komedi misalnya, kita akan melihat sejumlah pemuda-pemudi yang berkarakter tidak wajar. Ini menandakan bahwa televisi itu berhasil merubah karakter pemuda menjadi seorang pemuda atau pemudi yang jatuh kedalam jurang kebodohan tanpa mereka sadari. Sehingga, banyak pemuda-pemuda bangsa ini bermental tempe lalu melempem. Sangat berbeda dengan pemuda masa Soekarno ataupun Orde Baru. Semangat intelektual dan pergerakan perubahan terdapat disetiap tempat-tempat bahkan warung kopi sekalipun. Harapan dan keinginan bangsa ini terhadap para pemuda sangat besar. Memang, pemuda merupakan tongkat estafet bangsa, merupakan pewaris tahta keberlangsungan sebuah negara. Ditangan para pemuda tersimpan banyak tanggung jawab moral untuk sebuah bangsa. Tapi, ketika kita melihat saat ini, seakan tak ada lagi harapan untuk menjamin apakah pemuda saat ini mampu menjadi generasi penerus bangsa?

Pemuda adalah generasi penerus bangsa. Sebuah  beban moral yang diamanatkan bagi pemuda untuk bertanggung jawab demi pembangunan dan kemajuan sebuah bangsa. Meminjam perkataan Soekarno: beri aku 1000 orang tua maka aku akan guncangkan semeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda maka aku akan guncangkan dunia. Begitu berharapnya Bung Karno pada pemuda pada saat itu, sebab ditangan pemudalah kemerdekaan bangsa dapat diraih. 


Sumpah Pemuda lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Ini bukan sekedar peringatan sebuah semangat masa lalu untuk merebut kemerdekaan dari kolonialisme dan imperialisme terdahulu. Melainkan, sumpah pemuda dapat dijadikan sebagai prinsip untuk meningkatkan jiwa kebangsaan dan nasionalisme tinggi pada tanah air. Akan tetapi, masih banyak pemuda belum menyadari tanggung jawabnya terhadap masa depan bangsa ini. Sehingga, hari sumpah pemuda tidak lagi berada pada tujuannya. Melainkan hanya sebuah peringatan tanpa berbenah diri. 

Seharusnya, pemuda lebih aktif dalam dunia keilmuan dan sensitif terhadap isu-isu politik negeri ini. Dengan begitu, pemuda bisa menjadi tolak ukur dalam setiap kebijakan politik pemerintah. Pemuda tidak lagi harus candu dalam budaya barat yang berbeda dengan budaya Indonesia. Sebab, nilai kepedulian pemuda terberangus oleh hiruk pikuk zaman yang makin membuat pemuda lebih jauh lagi dari nilai intelektual. Zaman yang hanya menjadi virus yang mematikan jiwa kebangsaan dan kepeduliaan terhadap negeri. Berapa banyak pemuda yang sangat bangga dengan budaya barat? Tentu itu sangat terlihat jelas dengan cara mereka hidup, yang penuh gengsi dan tidak peduli terhadap permasalahan sosial politik bangsa dan negara. 

Ironinya lagi, dunia pendidikan tidak lagi menghadirkan sebuah prestasi yang berkembang bahkan hanya menampilkan sebuah kasus-kasus yang merugikan dunia pendidikan. Mulai dari kasus seorang guru yang melakukan tindak kekerasan pada muridnya dan kasus-kasus lainnya. Seharusnya, dunia pendidikan dan keluarga hadir dalam perubahan karakter pemuda saat ini. Dimana tawuran antar pelajar menjadi tradisi dan kebanggaan, pergaulan bebas yang makin merajalela dan masih banyak lagi hal-hal yang mematikan jiwa kebangsaan pemuda. Inilah gejala negatif pemuda negeri kita saat ini. Pendidik maupun yang terdidik tidak lagi berada pada fitrah dari pendidikan tersebut.

Membahas pemuda maka tidak lepas dari sikap nasionalisme. Simpul-simpul persatuan dan kesatuan akan luntur karena hilangnya sikap nasionalisme. Nah, yang dialami pemuda saat ini adalah sifat apatisnya yang telah menjadi karakter buruk saat ini. Hilangnya kesadaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan negara misalnya, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan sosial masyarakat lainnya. Dengan Jiwa nasionalismelah yang semestinya menjadi pilar utama untuk merubah bangsa ini menjadi negara yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya pemuda. Oleh karena itu, pemuda dan nasionalisme adalah pemuda yang berjuang demi keadaan negara sendiri,pemuda yang berjuang untuk pengentasan kemiskinan yang masih menumpuk dinegeri sendiri danpemuda yang berarah dan mengubah pada keadaan negara yang lebih Sejahtera.
Dan akhirnya, masyarakat khususnya pemuda kini saatnya menjadi generasi masa depan yang mampu melihat, merasakan dan peduli terhadap segala permasalahan yang dihadapi oleh negara. Karena yang paling penting adalah bahwa baik buruknya ke depan nasib sebuah bangsa Indonesia akan sangat bergantung pada generasi penerusnya yaitu generasi muda. Dengan begitu, pemuda harus kembali kepada esensi sumpah pemuda 1928 yang merupakan sebuah janji pemuda untuk selalu didepan dan menjadi penentu akan masa depan bangsa dan negara dan sebuah semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan untuk masa depan. 

Seperti yang tertera dalam UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, telah mengamanahkan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kerangka NKRI.

0 komentar:

Posting Komentar